
Awi Coffee Kembangkan Bisnis melalui Lab untuk Wadah Edukasi Kopi
TRIBUN-MEDAN.com, MEDAN – Tak cukup puas pada bisnis yang dijalaninya saat ini, Awi, pemilik usaha roastery kopi berlabel Awi Coffee, mulai menjajal pengembangan dengan mendirikan wadah edukasi kopi atau Coffee Lab. Saat ini, pihaknya sedang menyiapkan gedung dua lantai untuk rencana tersebut.
Awi berujar, Coffee Lab ini rencananya akan launching setengah tahun mendatang. Melalui wadah ini, Anda bisa belajar berbagai hal tentang kopi terutama pengolahan kopi hingga siap dinikmati.
Awi memang terlanjur menjiwai bisnis kopi. Tapi ini pun bukanlah perjalanan yang singkat. Usaha turun-temurun tiga generasi ini pertama kali dibangun pada tahun 1945 oleh kakeknya, Jio Oen Jaw. Selanjutnya beralih ke ayahnya dan akhirnya tahun 2005 sepenuhnya dikelola oleh Awi.
“Saat itu saya dianggap tidak sukses dalam perantauan di Singapura. Saya kembali dan merintis usaha kopi yang saat itu ditangani papa saya. Usaha ini waktu itu kurang berkembang, hanya menyisakan satu orang karyawan dan saya harus berjuang keras untuk membangkitkan ya kembali,” jelas Awi.
Kakek dan ayah Awi menjalankan bisnis kopi di kota kecil Binjai. Motivasi seorang teman membuat ia berani merambah pasar yang lebih luas. Nasihat tersebut yakni, “jika kau ingin mendapatkan ikan besar jangan hanya bermain di sungai kecil, tapi bergeraklah menuju laut. Kau akan mendapatkan ikan besar dan beraneka ragam”.
Akhirnya ia menuju Medan untuk ekspasni pasar. Persisnya di Jalan Mojopahit. Pilihannya ini tentu saja tak salah. Kawasan ini memang terkenal dengan pusat oleh-oleh dengan jajaran toko bika ambon dan cemilan khas Medan.
Produknya pun secara bertahap ia perbaiki, dari kopi tradisional ia tingkatkan kualitasnya menjadi kopi premium atau kopi layak ekspor. Ia memasoknya langsung dari eksportir.
Kini produk Awi Coffee dikenal luas bahkan melalui perusahaan PT Dua Harimau Sumatera, ia mampu memasarkan kopi hingga ke berbagai negara tujuan seperti Singapura, Malaysia, Jepang, Amerika, China, Hong Kong, dan lainnya.
Meski telah mampu merambah pasar global namun menurutnya, pasar lokal paling berkontribusi terhapad perjalanan bisnisnya. “Saya makannya ya dari pasar lokal,” tegasnya.
Di pasar global, kopi Sumatera termasuk primadona. Salah satu alasannya, kopi dari jenis dan daerah mana pun di pulau ini, paling cocok untuk espresso, salah satu sajian kopi favorit.
Baca Selengkapnya : https://medan.tribunnews.com/2021/10/05/awi-coffee-kembangkan-bisnis-melalui-lab-untuk-wadah-edukasi-kopi

Analisadaily.com, Medan – “Saya dapat filosofi, kalau mancing ikan kecil mancingnya di kolam kecil. Lalu kalau mau ikan besar, mancingnya harus di kolam besar,” demikian kata-kata yang diucapkan Awi, Owner Awi Coffee, salah satu filosofi yang dipegang teguh dalam menjalankan bisnis.
Saat berbincang dengan sejumlah wartawan di Outlet Awi Coffee, Jalan Mojopahit, Nomor 75 C, Petisah Tengah, Kecamatan Medan Petisah, Kota Medan, Sumatera Utara (Sumut), Awi menceritakan perjalanan bisnis kopi yang kini digelutinya. 21 Apr 2022 00:36 WIB
Awalnya, bisnis kopi dibangun mulai tahun 1945 oleh kakeknya, Jio Oen Jaw, sekaligus generasi pertama yang memulai bisnis kopi tradisional di Kota Binjai. Lalu pada tahun tahun 1970-an, bisnis dikelola ayah Awi, yaitu Jio Seng Beng, selaku generasi kedua.“Pada tahun 2005, saya pulang dari Singapura. Lalu mengelola dan melanjutkan bisnis ini,”
Diungkapkan Awi, saat pulang dari Singapura, bisnis kopi milik keluarganya kurang baik, dan hampir tidak ada yang melanjutkan. Bahkan, saat itu karyawan hanya 1. Hingga akhirnya Awi melanjutkan hingga bertekad menjadikan bisnis kopi yang dikelolanya berkembang.
“Saat di Singapura, saya berpikir kenapa saya bisa minum kopi enak-enak, dan di Indonesia gak ada, ternyata saat itu semua kopi enak diekspor. Saya melihat ada peluang, saat itu belum banyak yang main kopi premium, kualitas ekspor,” ungkapnya.
Melihat peluang tersebut, ayah Awi membuat alat roasting kopi yang masih manual. Mereka membeli biji kopi dari eksportir, dan awalnya biji kopi Sidikalang. Alat roasting kopi manual mereka pakai selama 7 tahun sampai 2012.
“Pada tahun 2009, saya dapat partner bisnis dan hidup terbaik, dan kita buka di Medan di tahun yang sama. Kita juga mulai bisnis online, karena online pasarnya luas, enggak ada batasan. Saat ini kita punya website awicoffee.com,” ucapnya.Diungkapkan Awi, salah satu lompatan besar bisnis yang tadinya hanya di Binjai, kota kecil, kemudian ekspansi ke Medan, kota besar, tidak terlepas dari filosofi kehidupan yang disampaikan oleh sesorang yang hingga kini terus dipegang olehnya.“
Itu, filosofinya kalau mancing ikan kecil, mancingnya di kolam kecil. Kalau mau ikan besar, harus kolam besar,” ungkapnya.Setelah buka di Medan, kota-kota lain sudah kenal, bahkan Jakarta. Pada tahun 2015 mereka beli mesin roasting kopi terbaik di dunia, mereknya Probat buatan Jerman. Keistimewaan mesin ini konsistennya sangat tinggi. Lalu tahun 2019 mereka beli 1 mesin lagi.“Total kita ada 2 mesin roasting merek Probat. Dulu kita punya produk tidak konsisten, sekarang tidak lagi, dan sekarang karyawan kita ada 15 orang,” ujarnya.
Baca Selengkapnya : https://analisadaily.com/berita/baca/2021/10/06/1022801/berpegang-teguh-pada-filosofi-jadikan-bisnis-kopi-milik-awi-eksis-hingga-kini/


Lompatan Besar Awi Coffee, Dari Bubuk Kopi Tradisional ke Kopi Premium yang Dirindukan Mancanegara
Goodday.idIMEDAN – Dari sebiji kopi akan melahirkan pengalaman rasa yang berbeda di tangan peraciknya. Teknologi membawa dampak besar pada perubahan tren.
Hal tersebut dicetuskan pria bernama lengkap Darwin Jasmin yang akrab disapa Awi, pemilik Awi Coffee Jalan Mojopahit Medan dalam sebuah obrolan santai dengan wartawan 4/10/2021).
Awi yang memulai bisnis keluarganya dari rumahan di Kota kecil Binjai, Sumatera Utara, kini telah menembus pasar internasional. Aneka kopi Sumatra yang telah diroastingnya kini telah diekspor ke Singapura, Hongkong, Taiwan, China hingga ke Jepang dan Amerika.
Ia mengisahkan bisnis roastery coffee yang dijalaninya saat ini merupakan warisan keluarganya. Kopi yang mereka jual pun ketika itu identik dengan Kopi Sidikalang.
Kakeknya Jio Oen Jaw telah memulai bisnis kopi tradisional ini pada tahun 1945, yang kemudian diteruskan oleh ayahnya Jio Seng Beng pada tahun 1970-an.
Awi sendiri merupakan generasi ketiga mengelola bisnis kopi tradisional ini. Dia melanjutkan bisnis ini di sekitar tahun 2005.
“Saat itu sekitar tahun 2005, saya masih berada di Singapura karena saya memang melanjutkan studi disana. Oleh orangtua saya disuruh pulang dan mengelola bisnis tersebut,” ujar Awi.
Awalnya, Awi berfikir kenapa di Singapura orang bisa menikmati kopi yang lezat seperti espresso yang menggunakan biji kopi gayo, Sidikalang dan Lintong. Sementara di Indonesia, masyarakat hanya mendapatkan sisa-sisa pengolahan biji kopi, yang sebagian besar di ekspor ke luar negeri.
Berangkat dari pemikiran itulah, Awi kemudian memiliki ide untuk melakukan perluasan bisnisnya, dengan menjadi supplier biji kopi untuk kafe-kafe.
“Dari kolam kecil kita harus melompat ke kolam besar, agar omset kita yang tadinya kecil bisa maksimal,” tutur pria berkacamata ini.
Baca Selengkapnya : https://goodday.id/2021/10/07/lompatan-besar-awi-coffee-dari-bubuk-kopi-tradisional-ke-kopi-premium-yang-dirindukan-mancanegara/

Awi Coffee Buktikan Bisnis Bubuk Kopi Tidak Ada Matinya
MEDAN (Waspada) : Awi Coffee, sebuah brand usaha keluarga yang dirintis secara turun temurun, di mana awal usaha bernama Kopisidikalang, membuktikan bahwa Ngopi tidak ada matinya. Tetap diminati dan dicari setiap hari, oleh penyuka atau penikmat kopi.
“Maka, pengusaha bubuk kopi itulah yang berpikir apakah kopi itu diolah tradisional saja atau menggunakan mesin modern. Sehingga mampu menjadi pebisnis kopi handal dengan memproduksi bubuk kopi pilihan konsumen hingga mendunia,” begitu disampaikan, Awi, pemilik usaha roastery kopi berlabel Awi Coffee,di tokonya Jl Mojopahit Medan, Rabu (6/10).
Awi menyebutkan, usaha turun-temurun tiga generasi ini pertama kali dibangun pada tahun 1945 oleh kakeknya, Jio Oen Jaw di Binjai.
Selanjutnya beralih ke ayahnya dan akhirnya tahun 2005 sepenuhnya dikelola oleh Awi.
Bagi Awi, cita rasa kopi akan berbeda dari seorang kepada orang lain. Maka, diapun yakin dengan mengolah beragam biji kopi, akan mampu menjawab keinginan konsumen termasuk cita rasa.
Untuk menjawab keinginan konsumen, maka, diapun mengolah biji kopi menggunakan mesin quality control proses roasting di Binjai tempat asal mula usahanya berdiri. Mesin roasting Probat buatan Jerman yang memiliki sejumlah kelebihan di antaranya konsistensi dan bisa me-roasting sendiri.
Kini produk Awi Coffee dikenal luas bahkan melalui perusahaan PT Dua Harimau Sumatera, ia mampu memasarkan kopi hingga ke berbagai negara tujuan, seperti Singapura, Malaysia, Jepang, Amerika, China, Hong Kong, dan lainnya.
Menurutnya, di pasar global, kopi Sumatera termasuk primadona. Salah satu alasannya, kopi dari jenis dan daerah mana pun di pulau ini, paling cocok untuk espresso, salah satu sajian kopi favorit.
Dia juga menyebutkan pihaknya sudah ekspor ke Rumania, dan kemarin kita kirim kopi Luwak ke China. Kopi Indonesia di pasar luar negeri salah satu yang paling dicari, dan kebanyakan biji kopi Sumatera.
Begitupun, pasar lokal ibarat urat nadi dalam bisnis kita, dan ekspor palingan sebulan sekali,”ucapnya.
Baca Selengkapnya : https://waspada.id/kuliner/awi-coffee-buktikan-bisnis-bubuk-kopi-tidak-ada-matinya/

Awi Coffee, dari Bubuk Kopi Tradisional ke Kopi Premium yang Dirindukan Mancanegara
MEDAN – Dari sebiji kopi akan melahirkan pengalaman rasa yang berbeda di tangan peraciknya. Teknologi membawa dampak besar pada perubahan tren.
Hal tersebut dicetuskan pria bernama lengkap Darwin Jasmin yang akrab disapa Awi, pemilik Awi Coffee Jalan Mojopahit Medan dalam sebuah obrolan santai dengan wartawan belum lama ini.
Awi yang memulai bisnis keluarganya dari rumahan di kota kecil Binjai, Sumatera Utara, kini telah menembus pasar internasional. Aneka kopi Sumatra yang telah dirostingnya kini telah diekspor ke Singapura, Hongkong, Taiwan, China hingga ke Jepang dan Amerika.
Ia mengisahkan bisnis roastary coffee yang dijalaninya saat ini merupakan warisan keluarganya. Kopi yang mereka jualpun ketika itu identik dengan Kopi Sidikalang.
Kakeknya Jio Oen Jaw telah memulai bisnis kopi tradisional ini pada tahun 1945, yang kemudian diwariskan kepada ayahnya Jio Seng Beng pada tahun 1970-an.
Awi sendiri merupakan generasi ketiga mengelola bisnis kopi tradisional ini. Dia melanjutkan bisnis ini di sekitar tahun 2005.
“Saat itu sekitar tahun 2005, saya masih berada di Singapura karena saya memang melanjutkan studi disana. Oleh orangtua saya disuruh pulang dan mengelola bisnis tersebut,” ujar Awi.
Awalnya, Awi berfikir kenapa di Singapura orang bisa menikmati kopi yang lezat seperti ekspreso yang menggunakan biji kopi gayo, Sidikalang dan Lintong. Sementara di Indonesia, masyarakat hanya mendapatkan sisa-sisa pengolahan biji kopi, yang sebagian besar diekspor keluar negeri.
Berangkat dari pemikiran itulah, Awi kemudian memiliki ide untuk melakukan perluasan bisnisnya, dengan menjadi supplier biji kopi untuk kafe-kafe.
“Dari kolam kecil kita harus melompat ke kolam besar, agar omset kita yang tadinya kecil bisa maksimal,” tutur pria berkacamata ini.
Awi bersyukur dalam menjalani bisnis tersebut dia diberikan pendamping hidup, seorang wanita yang mendukung setiap kegiatan usahanya. Susi, demikian nama wanita itu, merupakan partner bisnis sekaligus teman hidup yang dinikahinya sejak tahun 2009 silam. Kini rumah tangga mereka telah dikaruniai 3 orang anak.
Baca Selengkapnya : https://www.gosumut.com/berita/baca/2021/10/07/awi-coffee-dari-bubuk-kopi-tradisional-ke-kopi-premium-yang-dirindukan-mancanegara/

Awi Coffee, Dari Bubuk Kopi Tradisional ke Kopi Premium yang Diminati Mancanegara
Dari sebiji kopi akan melahirkan pengalaman rasa yang berbeda di tangan peraciknya. Teknologi membawa dampak besar pada perubahan tren.
Hal tersebut dicetuskan pria bernama lengkap Darwin Jasmin yang akrab disapa Awi, pemilik Awi Coffee Jalan Mojopahit Medan dalam sebuah obrolan santai dengan wartawan baru baru ini.
Awi yang memulai bisnis keluarganya dari rumahan di Kota kecil Binjai, Sumatera Utara, kini telah menembus pasar internasional. Aneka kopi Sumatera yang telah diroastingnya kini telah diekspor ke Singapura, Hongkong, Taiwan, China hingga ke Jepang dan Amerika.
Ia mengisahkan bisnis roastery coffee yang dijalaninya saat ini merupakan warisan keluarganya. Kopi yang mereka jual pun ketika itu identik dengan Kopi Sidikalang.
Kakeknya Jio Oen Jaw telah memulai bisnis kopi tradisional ini tahun 1945, yang kemudian diteruskan oleh ayahnya Jio Seng Beng 1970-an.
Awi sendiri merupakan generasi ketiga mengelola bisnis kopi tradisional ini. Dia melanjutkan bisnis ini di sekitar tahun 2005.
“Saat itu sekitar tahun 2005, saya masih berada di Singapura karena saya memang melanjutkan studi disana. Oleh orangtua saya disuruh pulang dan mengelola bisnis tersebut,” ujar Awi.
Awalnya, Awi berfikir kenapa di Singapura orang bisa menikmati kopi yang lezat seperti espresso yang menggunakan biji kopi gayo, Sidikalang dan Lintong. Sementara di Indonesia, masyarakat hanya mendapatkan sisa-sisa pengolahan biji kopi, yang sebagian besar di ekspor ke luar negeri.
Berangkat dari pemikiran itulah, Awi kemudian memiliki ide untuk melakukan perluasan bisnisnya, dengan menjadi supplier biji kopi untuk kafe-kafe.
“Dari kolam kecil kita harus melompat ke kolam besar, agar omset kita yang tadinya kecil bisa maksimal,” tutur pria berkacamata itu.
Awi bersyukur dalam menjalani bisnis tersebut dia diberikan pendamping hidup, seorang wanita yang mendukung setiap kegiatan usahanya. Susi merupakan partner bisnis sekaligus teman hidup sejak tahun 2009 silam. Kini rumah tangga mereka telah dikaruniai 3 orang anak.
Baca Selengkapnya : https://koranmedan.com/awi-coffee-dari-bubuk-kopi-tradisional-ke-kopi-premium-yang-diminati-mancanegara/